Sabtu, 23 Juni 2007

Normal…., ngaaa…., normal…,

Bukti dari gairah seksual yang sehat sangat jelas ketika kita sedang kasmaran. Hasrat itu biasanya dirasakan sangat besar ketika kita jatuh cinta dan akan menghilang bila kita stres. Pada situasi normal, dorongan seks 'berfluktuasi' sampai beberapa derajat meski tidak pernah tahan lama. Ini menjelaskan mengapa suatu saat kita bisa sangat bergairah tapi dua tahun kemudian, sentuhan sang suami tidak lagi terlalu mengobarkan 'api'.

Aktivitas seks rata-rata pasangan yang berusia 30-40 dan telah menikah selama kira-kira 15 tahun adalah 2-3 kali seminggu. Inilah frekuensi yang bisa dianggap normal. Tapi bila seorang pemuda berusia 20 tahun tak pernah tertarik secara seksual pada seorang gadis, jarang berfantasi, dan sama sekali tidak pernah bermasturbasi, wah…, libidonya bisa disebut abnormal, tuh!

Yang jelas, gairah seks yang normal sangat individual sifatnya. Kalau Anda tidak punya keluhan tentang seks dengan suami, artinya Anda normal. Tak masalah berapa jumlahnya, bila masing-masing merasa terpenuhi, artinya Anda tak memiliki gangguan seks apa pun (dengan catatan tidak saling menutup-nutupi masalah, ya…).

Masalah baru timbul kalau Anda dan pasangan tidak matched. Yang satu ingin setiap hari, yang lain bisa jadi lebih suka sebulan sekali. Seks bukan semata dorongan biologis. Bayangkan begini. Ketika Anda sedang bekerja keras, rasanya Anda sama sekali tidak lapar. Tapi, ketika bau makanan tercium hidung, Anda jadi lapar.

Begitu pula halnya dengan seks. Tanpa suami yang menarik dan situasi yang mendukung, gairah seks bisa langsung 'byar-pet', dan selanjutnya 'pet' saja. Bedanya dengan rasa lapar, ketiadaan seks tidak akan pernah membahayakan fisik (paling jiwa Anda saja merasa ada yang 'kurang'…).

Tidak ada komentar: